oleh

RI-Swedia Bangun Kemitraan di Bidang Pendidikan dan Industri

-NEWS-1.599 views

Pada  24 September 2020, Kementerian Luar Negeri RI, Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, dan didukung oleh KBRI Stockholm  menyelenggarakan Diskusi Virtual bertema track 1.5 RI-Swedia: “Kemitraan dalam Membangun Link-and-Match antara Pendidikan dan Industri”.

Diskusi  membahas best practices mengenai kemitraan antara pemerintah-akademisi-swasta dalam mendukung penciptaan sumber daya manusia unggul dan terciptanya link-and-match antara industri dan universitas.

Diskusi dibuka dengan Keynote Speech Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu, Ngurah Swajaya. “Diskusi ini sangat timely di mana aspek pengembangan SDM merupakan salah satu fokus utama Pemerintah RI. Diharapkan agar diskusi ini dapat lebih mengelaborasi konsep triple helix dimana fokus kerja sama antara pemerintah, industri, dan universitas dapat mendorong terwujudnya link-and-match antara pendidikan dan industri,” kata Ngurah.

Kemudian dilanjutkan  sambutan Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Marina Berg dan Keynote Speech Menteri Perindustrian RI yang diwakili oleh Kepala Badan Pengembangan SDM Industri, Eko S.A. Cahyanto. “Industri harus didukung oleh SDM yang mumpuni, untuk itu Kemenperin telah membuat program pengembangan SDM industri yang antara lain memusatkan kepada sertifikasi, pelatihan, dan link-and-match antara pendidikan dan industri,” ujar Eko.

Bertindak sebagai salah satu pembicara, Duta Besar RI (designate) untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia, Kamapradipta Isnomo. “Swedia memiliki fondasi penerapan triple helix yang sangat kuat. Dari sisi Pemerintah, Swedia memiliki institusi VINNOVA yang mendukung inovator baru dalam sektor industri kecil dan menengah untuk masuk pasar dan go global. Dari sisi industri, perusahaan-perusahaan Swedia aktif berkolaborasi dengan universitas dalam sektor R&D pada ide dan produk baru. Sedangkan dari sisi universitas, aktif mengimplementasikan pembelajaran yang berfokus pada teori dan praktek, menanamkan budaya pengajaran interaktif, pemikiran inovatif mencari solusi baru, dan menumbuhkan kewiraswastaan mahasiswa,” terang Kama.

Tiga  diaspora dan mahasiswa Indonesia di Swedia, yaitu Dr. Basuki Priyanto, dr. Gusti Adintya Putri, dan Ketua PPI Swedia, Annusyirvan Ahmad Fatoni berbagi pengalaman mengenai belajar dan bekerja di Swedia/Perusahaan Swedia.

Basuki  seorang peneliti dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang komunikasi nirkabel dengan lebih dari 150 hak paten atas namanya. “Swedia negara yang memiliki sistem yang baik dengan work-life balance yang sangat baik. Kultur kerja utama di Swedia adalah flat hierarchy, tepat waktu, pemisahan antara work and private life, menghindari konflik dan kompetisi dan mengutamakan team-work, dan Lagom, yaitu hidup yang sederhana dan minim tekanan sosial,” ujar Basuki.

Dalam kesempatan tersebut  dilakukan penandatanganan MoU Kerja Sama antara PT. SKF  (Swedish: Svenska Kullagerfabriken) Industrial Indonesia dan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi. []

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed