oleh

Marwan Jafar: Prihatin atas Musibah Tenggelamnya KRI Nanggala-402 dan Alutsista Kita

-NEWS-1.785 views

Jakarta –  Musibah tenggelamnya (subsunk) kapal selam KRI Nanggala-402 di wilayah perairan utara atau sekitar 95 kilometer dari Pulau Bali, menyusul upaya keras pencarian selama 72 jam oleh berbagai pihak sungguh terasa menyentak perhatian kita. Sebelumnya, kapal selam milik TNI AL yang membawa 53 orang yang terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan, dan tiga personel senjata atau artileri sempat dinyatakan hilang (submiss). Sepatutnya kita menyatakan turut  berduka dan mendoakan semoga para prajurit yang gugur dalam tugas mulia negara di KRI Nanggala-402 mendapat tempat terbaik di sisinya, serta keluarga yang ditinggal dikaruniai kesabaran.
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Marwan Jafar secara khusus menyampaikan rasa duka dan empati tersebut kepada para awak media hari ini (26/4/2021) di Jakarta. “Kami juga sangat prihatin, karena kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak yang kemudian dinyatakan resmi tenggelam disebabkan mengalami keretakan oleh pihak TNI-AL itu terjadi saat mengikuti latihan gabungan penembakan torpedo dan rudal TNI AL. Terkait kejadian musibah tersebut, saya mendukung agar upaya program modernisasi dan revitalisasi alat utama sistem senjata (alutsista) di lingkungan TNI terus dilanjutkan,” tandas Marwan Jafar yang mantan Menteri Desa-PDTT ini.
Data dari berbagai sumber menyebutkan, KRI Nanggala-402 adalah kapal selam buatan Jerman. KRI Nanggala-402 memiliki ‘saudara kembar’, yaitu KRI Cakra-401. Kapal ini menjadi salah satu pelaku latihan penembakan rudal di Laut Bali. Sesuai rencana, latihan ini akan disaksikan oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan KSAL Laksamana Yudho Margono.
Kapal selam tersebut dipesan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1977 dan mulai beroperasi aktif pada 1981. Pada tahun 2010 sampai 2012, kapal ini sudah mengalami perbaikan secara menyeluruh di Korea Selatan. Secara teknis, kapal selam KRI Nanggala-402 berasal dari Type 209/1300 yang dibuat galangan kapal Howaldtswerke di Kiel, Jerman Barat.
Marwan tak lupa mengingatkan, para keluarga prajurit korban yang gugur dalam tugas mulia itu, wajib mendapatkan santunan yang layak dan berarti. “Bentuknya, antara lain bisa pemberian beasiswa minimal Strata S 1 bagi putera-puteri korban. Bukankah banyak sekali jenis beasiswa yang dapat dialihkan?” tambahnya.
Sedangkan terkait modernisasi alutsista, khususnya usulan dari masing-masing matra di TNI ke pemerintah melalui Kementerian Pertahanan, Marwan menyarankan hendaknya dilakukan secara bijak, dibahas transparan di DPR serta demi kepentingan bangsa, negara dan rakyat demi menjaga keamanan, keutuhan dan kedaulatan negara berwilayah mayoritas maritim kita. Selain itu, pengadaan revitalisasi alutsista TNI ini juga mesti diupayakan benar agar menghindari celah-celah kemungkinan terjadinya semacam profit oriented, mark-up atau apa pun istilahnya.  []

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed