CATATAN HUKUM pekan lalu menulis hanya warga Israel sendiri yang bisa menghentikan perang di Gaza. Tanpa kesadaran itu, maka rakyat Israel sama saja telah melakukan investasi teror atas diri mereka sendiri. Kepongahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan tak akan ada yang bisa menghentikan perang, termasuk Mahkamah International, hanya akan menggiring warga Israel ke jurang kesengsaraan.
Warga Israel Ahad lalu melakukan demo menentang perang dan menuntut Netanyahu turun dari jabatannya. Demo di ibu kota Isreal, Tel Aviv, dan sejumlah kota lainnya itu menunjukkan kepada dunia, sesungguhnya perang balas dendam Israel yang telah berubah menjadi kebrutalan tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh rakyat Israel sendiri. Tidak kurang 23 ribu warga Palestina, termasuk anak-anak, binasa oleh serangan Israel yang dilancarkan dari darat dan udara. Negeri ini bahkan juga memblokade bantuan pangan bagi warga Palestina.
Tak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Sejarah membuktikan, kehancuran ada pada masing-masing pihak. Israel bukanlah pemenang dalam perang ini. Negara yang lahir dari sejarah yang kelam itu -yang warganya mengalami teror, penghinaan, pembunuhan, genozida- oleh Hitler dalam Perang Dunia II- telah tumbuh menjadi negara yang trauma atas masa lalu -yang membuat “tak akan membiarkan siapa pun mengganggu mereka.” Pada titik ini sesungguhnya itu tak masalah. Yang menjadi masalah, sikap kemunafikan negeri ini yang menolak dan membungkam Palestina merdeka -hal yang berpuluh tahun silam dirindukan warga Israel sendiri.
Perang Gaza semestinya harus diakhiri. Dan bisa jadi: Perang ini hanya berakhir jika Netanyahu mundur -atau Amerika tak lagi memberi bantuan Israel, dalam arti sebenar-benarnya. []
Komentar